Pemimpin itu Wasit
Saya penggemar sepakbola, salah satu yang membuat permainan sepakbola menarik itu karena ada wasit. Dan sungguh menjengkelkan bila nonton sepakbola ternyata wasitnya tidak profesional. Permainan pun bisa rusak dan tidak enak ditonton bila wasitnya berat sebelah atau berpihak ke salah satu tim. Wasit itu perlu adil. Keberpihakannya bisa dilihat oleh penonton.
Begitupula di perusahaan, satu orang atau satu tim ibarat satu tim sepakbola. Mereka berkompetisi satu dengan yang lainnya, mereka berebut menjadi juara. Siapa wasitnya? Wasitnya adalah pemimpin mereka. Sungguh menyakitkan apabila pemimpinnya tidak adil, pilih kasih, like and dislike maka akan terjadi ketidakpercayaan dan keengganan untuk berkompetisi meraih yang terbaik.
Bisa dipastikan apabila pemimpinnya tidak obyektif, dalam jangka waktu tertentu, kinerja perusahaan tersebut akan menurun. Pemimpin itu ibarat wasit, wajib adil, sebab keberpihakannya bisa dilihat dan dirasakan oleh anggota timnya. Pemimpin yang tidak obyektif akan kehilangan respect dan kepercayaan dari anggota timnya.
Hal ini tentu juga berlaku di kehidupan negara, apabila pemimpinnya tidak adil, tidak obyektif, berpihak kepada salah satu golongan saja maka akan terjadi ketidakharmonisan kehidupan. Misalnya dalam pemilihan Gubernur DKI, Presiden dan para pejabat lainnya wajib netral, obyektif dan tidak memihak kepada salah satu paslon. Tidak cukup hanya sekedar pernyataan “kami netral” tetapi perlu dibuktikan dalam sikap dan tindakan.
Apabila Presiden dan para pejabat lainnya berpihak kepada salah satu paslon maka rakyat yang dipimpinnya bisa terkotak-kotak dalam ragam kelompok yang saling melemahkan. Sampai sahabat saya pelaku pemberdayaan masyarakat, mas Eri Sudewo mengingatkan “sadarlah wahai penguasa negeri. Jika terus “berat sebelah” maka perang saudara hanya menunggu waktu. Adanya teriakan mas Eri ini boleh jadi menandakan bahwa “wasit” sedang berat sebelah. Benarkah?
Dalam pertandingan sepakbola, wasit yang berat sebelah bisa menjadi penyebab tawuran antar pendukung. Dalam perusahaan, pemimpin yang berat sebelah menimbulkan silo (permusuhan antar bagian) yang semakin tajam. Dalam kehidupan politik dan bernegara, pemimpin yang berat sebelah bisa menimbulkan perpecahan dan disintegrasi bangsa. Sesuatu yang sangat tidak kita inginkan. Kita ingin negeri kita terus maju dan bersatu dalam keragaman.
Untuk itu wahai para wasit, wahai para pemimpin, bersikaplah netral dan obyektif. Netralitas atau Keberpihakan Anda dapat kami lihat dan kami rasakan. Buktikan dalam kebijakan dan tindakan, bukan hanya sekedar ucapan yang bisa kami tafsirkan sebagai pencitraan.
Jamil Azzaini
CEO Kubik Leadership
Founder Akademi Trainer
Inspirator SuksesMulia
Jamil Azzaini
CEO Kubik Leadership
Founder Akademi Trainer
Inspirator SuksesMulia
0 Komentar