(Foto:Rahwan Astyo Wibowo (tengah))
BATANG- Pemerintah Indonesia mengharapkan setiap warganya mengerti tentang literasi. Literasi tidak hanya diartikan berupa aktivitas membaca dan menulis saja, namun ada lima jenis literasi yang lain. Sabtu pagi, (30/12) dihadapan 15 peserta diskusi, Rahwan menjelaskan tentang lima jenis literasi yang wajib dikuasi warga negara di abad 21. Lima jenis literasi tersebut, yakni: Literasi Dasar, Literasi Perpustakaan, Literasi Media, Literasi Digital, dan Literasi Visual.
Apa itu Literasi Dasar, Literasi Perpustakaan, Literasi Media, Literasi Digital, dan Literasi Visual? Yuk, simak penjelasannya di bawah ini!
Pertama, Literasi Dasar. Literasi ini bertujuan untuk mengoptimalkan kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan menghitung. Kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan menghitung (counting) berkaitan dengan kemampuan analisis untuk memperhitungkan (calculating), mempersepsikan informasi (perceiving), mengomunikasikan, serta menggambarkan informasi (descripting). Semua keterampilan itu berdasar pemahaman dan pengambilan kesimpulan pribadi.
“Mengemukakan pendapat seperti ini adalah contoh literasi dasar. Literasi tidak perlu diartikan secara muluk-muluk. Membaca keadaan sekitar, itu juga disebut literasi,” ujar Rahwan.
Kedua, Literasi Perpustakaan, yakni pemahaman tentang perpustakaan sebagai salah satu tempat atau wadah mendapatkan informasi. “Jika kita ingin mencari buku fisika, maka kita tahu di rak mana letaknya, itu salah satu contoh literasi perpustakaan,” terangnya.
Ketiga, Literasi Media. Begitu banyak jenis media antara lain media cetak, elektronik (radio, atau televisi), dan media digital atau internet. Pemahaman masyarakat tentang penggunaan masing-masing media secara bijak adalah tujuan dalam penguasaan jenis literasi ini. Bagaimana masyarakat mampu memilah informasi yang dibutuhkan atau yang perlu dihindari.
“Literasi media adalah literasi yang bertujuan untuk mengedukasi masyarakat supaya terhindar dari hoaks yang marak beredar di dunia maya.” Tambahnya.
Keempat, Literasi Teknologi. Tujuan dari literasi ini yakni masyarakat mampu memahami kegunaan kelengkapan yang mengikuti teknologi, misalnya peranti keras (hardware), peranti lunak (software), dan etika dalam memanfaatkan teknologi.
“Apakah mouse dapat diganti dengan tikus? padahal mouse sudah menjadi kesepakatan peristilahan di bidang teknologi, maka dari itu dibutuhkan literasi teknologi untuk memahami istilah-sitilah semacam itu,” ujarnya.
Terakhir, Literasi Visual, yakni pemahaman tingkat lanjut antara literasi media dan literasi teknologi. Kemampuan dan kebutuhan berguru dengan memanfaatkan materi visual dan audio-visual secara kritis dan bermartabat.
Tentang literasi visual ini juga sekaligus menanggapi pertanyaan salah satu peserta diskusi, Nina, Mahasiswa Stain Pekalongan atas pertanyaan, bagaimana mengajarkan membaca kepada anak-anak supaya lebih asik? Rahwan menanggapi, media audio-visual bisa dijadikan salah satu media yang efektif belajar anak-anak yang ingin belajar membaca.
“Karena audio-visual telah dirancang sedemikian menarik, dan asik. Memori anak-anak gampang dibentuk, ketika diberikan media dan materi yang menarik. Kedepannya ia cenderung akan lebih bisa mengingat dengan baik,” tambahnya.
Di akhir materi, Rahwan mengungkapkan harapan dan sekaligus memberikan pekerjaan rumah kepada Komunitas Literasi Batang.
“Saya berharap besar pada komunitas ini untuk menularkan semangat literasinya kepada masyarakat, dan dapat menghasilkan sebuah produk semacam buku untuk Kabupaten Batang,” pungkasnya.
(Eva Rafiqoh)
0 Komentar