Berkah Suami Pelit





salah satu kisah wanita inspiratif yang mampu mengubah sesuatu yang tidak mengenakkan menjadi sebuah amunisi untuk mengembangkan diri adalah berikut ini.

Suamiku adalah orang yang pelit. Jujur. Kalau bukan pelit apa dong namanya. Awalnya, aku tak berniat untuk berbisnis atau menjadi ibu rumah tangga yang sekaligus bekerja. Sebagai istri aku sudah cukup puas dengan uang bulanan yang dijatah oleh suamiku. Cukup tidak cukup ya itu yang harus aku terima. Tak boleh protes atau mengeluh karena dalam ajaran nenek moyangku, apa yang kita terima dari suami harus disyukuri, seberapapun banyaknya.
 Namun, lama-lama, sebagai istri yang “normal” aku juga memiliki keinginan. Aku ingin memiliki uang lebih, ingin membantu keluargaku walau tak seberapa, membelikan ini dan itu pada saudaraku walau hanya barang sederhana, dan juga membeli sesuatu seperti layaknya wanita pada umumnya. Dan semua itu tak mungkin akan terjadi bila aku “hanya” mengandalkan uang pemberian suamiku. Bukan karena uang gajinya sedikit namun karena sikap suamiku yang memang sangat perhitungan.
Bayangkan, bila aku selalu dijatah harian sebesar sekian rupiah, lalu dikalikan dengan jumlah hari selama sebulan, mungkin tidak kalau aku memiliki uang lebih? Sedangkan suamiku, entah kenapa memiliki waktu juga untuk mengurusi hal-hal kecil seperti itu, selalu tahu berapa harga beras sekilo sekarang ini dan juga harga-harga kebutuhan lainnya.
Berangkat dari hal itulah akhirnya aku memberanikan diri untuk meminjam, ya meminjam dan bukan meminta, modal pada suamiku. Meski dengan beragam syarat layaknya ketika kita meminjam uang di bank atau koperasi, namun aku tak terlalu peduli. Yang penting, suamiku mau meminjamkan. Dengan modal tersebut, aku mulai berbisnis jual beli baju. Pelangganku adalah ibu-ibu kompleks, teman sesama wali murid, guru-guru anakku, dan saudara- saudara jauhku. Alhamdulillah, entah karena aku yang memang berbakat jualan atau karena Allah berbelas kasihan kepadaku, yang jelas bisnis kecil-kecilanku ini membuahkan hasil. Sekarang, aku sudah memiliki beberapa cabang toko baju di beberapa pasar lokal. Bila sedang ramai, penghasilan bersihku sebulan bisa jauh melebihi suamiku. (Kisah Bu Yati, pedagang baju di daerah Batu)

                Jika yang suaminya pelit seperti kisah ibu di atas saja bisa berdaya dan berdikari dengan "sumber daya" terbatas dan seadanya, apalagi bagi yang suaminya sangat loyal. Tidak ada alasan untuk mengeluh karena masalah semakin dikeluhkan akan semakin besar. Daripada meributkan uang belanja yang dirasa selalu tidak cukup padahal bisa jadi lebih, akan lebih baik jika seorang istri bisa mengembangkan uang belanja pemberian suami tsb, terlebih jika jumlahnya besar, untuk sesuatu yang bernilai plus plus. Semangat selalu

(Disadur dr http://www.ummi-online.com)

Posting Komentar

0 Komentar